Tuesday 20 December 2011

Optimasi Assay

Dalam biokimia, kita sering dihadapkan dengan enzim. Enzim berasal dari dua kelompok yaitu protein dan ribosome (ribozyme). Enzim melakukan katalisis terhadap reaksi tertentu dengan sangat cepat jika dibandingkan dengan apabila reaksi itu berlangsung tanpa bantuan enzim.
Untuk mengukur aktifitas suatu enzim kita melakukan assay. Aktifitas enzim dipengaruhi oleh konsentrasi substrat, cofactor/inhibitor, suhu, pH, dan konsentrasi enzim.
Rumitnya, enzim yang berupa protein memiliki beberapa isoform (bentuk yang mirip). Bentuk ini mempengaruhi aktifitas enzim. Jadi, optimasi enzim diperlukan untuk mendapatkan aktifitas yang optimal dari enzim. Selain itu, optimasi assay dilakukan dalam upaya menghemat waktu dan bahan kimia yang digunakan.

Saturday 17 December 2011

KHITAN:
Upaya Kesehatan Berdasarkan Anjuran Agama
dr. Zulham, M. Biomed.

Beberapa saat lagi banyak anak laki-laki di negeri ini akan melaksanakan khitan rasul. Ya, tentu saja karena banyak anak-anak yang akan mendapat liburan sekolah. Liburan sekolah sering menjadi waktu yang tepat untuk melaksanakan khitan. Banyak yang ikut terlibat. Banyak dokter, mantri kesehatan, atau mahasiswa fakultas kedokteran yang akan turut serta meramaikan hajatan keluarga ini. Kita masih sering mendengar dari masyarakat bahwa ada juga “jin yang senang mengkhitan” turut berpartisipasi.
Meski sering kita saksikan, khitan menjadi peristiwa penting keluarga dan sangat diperhatikan. Semua akan sibuk, mulai dari bertanya saat khitan, memilihkan hari baik untuk berkhitan, mencarikan dokter/mantri/tenaga ahli yang kompeten di daerahnya, hingga mempersiapkan pesta khitan. Atau menakuti-nakuti sang anak yang akan dikhitan.
Khitan, atau sirkumsisi dalam istilah medis Indonesia, adalah tindakan bedah untuk membuang kulup penis. Praktik khitan telah ada jauh sebelum sejarah kedokteran dicatat. Diyakini praktik khitan telah ada pada masa Mesir Kuno, sekitar 2400 tahun SM. Belum ada seorang pun yang mengetahui di mana, bagaimana,  atau dengan maksud apa praktik khitan bermula pada masa Mesir Kuno. Khitan dikenal luas dalam tradisi keagamaan Islam dan Yahudi. Di penghujung abad ke-19, khitan diterima oleh sebagian besar praktisi medis (dokter) Inggris dan Amerika namun tidak demikian dengan sejawatnya di belahan bumi lainnya. Suku tertentu di Indonesia juga mengenal khitan meski metodanya sedikit berbeda dengan khitan yang dikenal komunitas muslim dan yahudi. Di Indonesia, khitan bisa saja dilaksanakan oleh berbagai suku dan penganut agama/kepercayaan.
Di belahan bumi barat, khitan menimbulkan kontroversi. Kontroversi khitan biasanya melibatkan pertimbangan agama, kedokteran, dan masalah seks. Penduduk di negeri muslim dan yahudi lazimnya mengenal khitan dan melaksanakan khitan sebagai bagian perintah agama. Sebagian umat lainnya berpandangan bahwa khitan tidak perlu karena kulit tersebut memang anugerah Tuhan dan memiliki manfaat tertentu sehingga tidak perlu dibuang. Pertimbangan kedokteran meliputi kekhawatiran terhadap keselamatan atas tindakan khitan. Tentu dikaitkan dengan usia saat khitan dan komplikasi yang dapat timbul akibat tindakan bedah minor ini. Masalah etika kedokteran terhadap anak dikaitkan dengan hak anak untuk memutuskan pendapat dalam tindakan medis ternyata sangat dipengaruhi oleh pendapat orang tua. Mungkin pandangan penganut antisirkumsisi adalah - pada saat dewasa - anak bisa saja berbeda pandangan dengan orang tuanya tentang khitan. Pengaruh khitan terhadap masalah kemampuan seksual dikaitkan dengan pertimbangan kekhawatiran terjadinya penuruan potensi seksual.
Pengalaman saya, usia masyarakat yang datang untuk berkhitan adalah bervariasi. Secara medis belum ada ketentuan usia terbaik untuk berkhitan. Beberapa anak malah harus dikhitan dini karena berkaitan dengan kesulitan berkemih. Di rumah sakit di Amerika Serikat, khitan menjadi prosedur pascakelahiran yang rutin dilaksanakan. Ini artinya anak laki-laki di sana dikhitan dalam umur yang sangat belia. Khitan bisa dilaksanakan saat anak berusia hitungan hari saja. Di Sumatera Utara, sebagian besar anak akan dikhitan saat telah menamatkan SD atau di usia sekitar itu. Di Jawa Barat, anak-anak berkhitan saat berusia sekitar 5 tahun. Yang menjadi pengetahuan umum di masyarakat adalah semakin tua usia berkhitan maka kulit akan semakin alot untuk dipotong. Jangan khawatir, gunting tetap saja tajam pada kulit. Meskipun demikian, khitan pada usia yang lebih tua akan menimbulkan perdarahan yang lebih banyak. Ya tentu karena ukuran dan jumlah pembuluh darah di sekitar kulup penis adalah lebih banyak pada orang dewasa. Bagi dokter, ini membutuhkan tenaga dan waktu ekstra dalam mengkhitan.